Kamis, 02 Desember 2010

PEMBUKAAN

Blangkon, sebuah bagian dari satu stell pakaian adat jawa yang dipakai di kepala. Banyak model Blangkon, sesuai dengan daerah asal blangkon itu. Ada blangkon kasunanan Surakarta. Sesuai namanya, Blangkon ini berasal dari Solo. Pertama kali blangkon diperkenalkan oleh sinuwun Paku Buwono III yang pada waktu itu sedang mesanggrah(bertempat tinggal sementara waktu) di Langenharjo. Sebagai pelengkapnya, maka dibuat pula baju kejawen dengan nama besap Langenarjan. (mungkin karena beskap itu terinspirasi di Sebuah pesanggrahan yang terletak di Langenharjo) Desa Langenharjo sendiri berada di 5 Km sebelah selatan Keraton solo-berada di bantaran kali bengawan solo (yang oleh Gesang dilestarikan dengan lagunya "Bengawan Solo" yang tersohor sampai ke negri sebrang. Bahkan Jepang sempat terkesima dengan lagu ini dengan memberikan penghargaan kepada Jepang. Sayang, apa yang diceritakan Gesang dalam lagunya bengawan solo tidak terjadi sekarang ini, demiikian pula penghargaan kepada Gesang tidak lagi dapat kita rasakan seiring pudarnya kebudayaan Jawa.  Demikian pula halnya dengan Blangkon, yang sekarang banyak remaja bahkan orang tua tidak lagi mengenalinya, karena tergerus oleh kemajuan jaman dan tergantikan oleh keberadaan topi yang katanya lebih fleksibel.

Padahal, Blangkon mempunyai nilai seni tinggi, baik dari jenis bahan, pakem, model dan lain sebagainya. Termasuk dari si pembuat blangkon itu sendiri. Tidak setiap orang bisa berhasil membuat sebuah blangkonpun, walau telah belajar semingu lamanya. Bahkan ada yang belajar sampai sebulan dan tidak membuahkan hasil. Inilah ptret dari kemuraman masa depan blangkon, yang kata orang tidak dapat lagi dijadikan sandaran hidup atau mata pencaharian. Seiring dengan itu pulalah, blangkon semakin rentan dengan kemusnahan. Disampng tidak banyak lagi yang berminat memiliki, juga sedikit sekali yang ingin belajar dan mewarisi keahlian dalam pembuatan blangkon ini. Pepe, merupakan sebuah kampung kecil masih dipinggiran Bengawan Solo-sebelah selatan Pesanggrahan Langenharjo  (kurang lebih 1 km) ada sekumpulan keluarga yang semuanya membuat blangkon ini. Sungguh suatu perjuangan yang berat untuk melestarikan sebuah warisan bangsa yang adi luhung di tengah hingar bingar metropolitan.. Bapak Tonodiharjo Sebagai sesepuh dari keluarga ini bahkan telah memulai usahanya sejak anaknya masih kanak - kanak hingga saat ini dimana anak - anaknya semua sudah berkeluarga. Satu satunya anak yang masih melestarikan untuk memperdagangkan barang ini adalah putra pertamanya. Namun dia tidak lagi menggunakan usaha ini sebagai satu satunya pencahariannya. Seusai tamat SMA, sembari meneruskan kuliah, dia sudah mencoba untuk menawarkan barang dagangannya ketoko toko di luar kota, bahkan sampai ke Jogja.